Cina Sepertinya Berjanji Tidak Akan Jual Senjata Kepada Rusia
2 mins read

Cina Sepertinya Berjanji Tidak Akan Jual Senjata Kepada Rusia

Loyalitas itu diutarakan ke Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, di Beijing. Kunjungannya dilatari lawatan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang sebelumnya sempat memacu masalah masalah Taiwan.

Slot resmi gacor Menteri Luar Negeri Cina, Qin Gang, menyingkirkan keraguan Barat berkaitan rumor pemasaran senjata ke Rusia. Ia memperjelas Beijing berdasar pada peraturan tidak untuk memberikan kontribusi militer di daerah perang.

“Cina tidak sediakan senjata untuk beberapa pihak yang benseteru dalam perselisihan (di Ukraina), dan akan mengatur export produk berperan double sama sesuai Undang-undang,” katanya mengarah pada barang untuk kepentingan sipil dan militer.

Slot resmi indonesia Qin memperjelas loyalitas Cina untuk menampung pembicaraan damai dan minta seluruh pihak untuk selalu “tenang dan objektif.”

Ia awalnya berjumpa dengan Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock. Dalam kunjungannya itu, Baerbock menekan Beijing untuk melobi Moskow, karena “tidak ada negara yang lain punyai dampak semakin lebih besar di Rusia daripada Cina.”

Ialah hal baik jika Cina sudah menyaratkan komitmennya pada jalan keluar, tetapi sebenarnya saya kebingungan, mengapa posisi Cina selama ini belum meliputi tekanan ke agresor Rusia untuk hentikan perang,” katanya.

Cina dan Brasil sedang galang support politik untuk pembicaraan damai di Ukraina. Tetapi ide itu ditampik Kyiv dan NATO, karena mewajibkan persiapan Ukraina mengikhlaskan Krimea ke Rusia.

Masalah lawatan Macron
Di Beijing, Baerbock berusaha menyamakan peluasan kerja-sama usaha untuk bidang penting dengan keperluan untuk batasi kebergantungan industri Jerman ke Cina. Tetapi demikian, perpisahan ekonomi di antara ke-2  negara menurut dia bukan kebutuhan Jerman.

Kunjungannya itu dibayang-bayangi penekanan untuk luruskan pengakuan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di Cina minggu kemarin. Pada kunjungannya itu, Macron menjelaskan Uni Eropa semestinya jaga jarak dengan Amerika Serikat dan berlaku lebih mandiri dalam rumor Taiwan.

Ucapannya itu menyuap kritikan dari beragam arah, terhitung Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, yang menyebutkan pengakuan Macron pantas “disesalkan.”

Baerbock berusaha melunakkan keadaan dengan mengarah pada peraturan luar negeri Prancis yang sejalan dengan Uni Eropa. Ia memperjelas Brussels mempunyai sikap terang berkaitan Taiwan dan jika Paris selalu mengkoordinasikan peraturan luar negerinya dengan pemerintahan di Berlin.

Baerbock menyebutkan “eskalasi militer di Selat Taiwan sebagai scenario seram untuk penjuru dunia.” Nyaris setengah perdagangan dunia melalui teritori itu, disamping itu Taiwan menyuplai 70 % keperluan semikonduktor global.

Ia memperjelas begitu UE masih tetap berdasar pada peraturan satu Cina. Tetapi menurut dia, pemakaian kemampuan militer untuk mengganti paksakan status quo di Taiwan tidak dapat diterima.

Menteri luar neger Cina, Qin, menepiskan wasangka itu. Taiwan, katanya, “ialah masalah dalam negeri Cina dan tidak dapat digabungi oleh faksi asing. Kemerdekaan Taiwan dan perdamaian tidak dapat hidup bersama-sama. ”